Posts

Showing posts from September, 2021
Sesak. Gelap. Dan tentunya menyeramkan. Ruang luas itu lengang. Sunyi. Tidak ada suara. Menyisakan suara angin yang berhembus.  Pandangan mata yang berpusat pada gadis bersurai gelap itu, membuat gadis itu sulit bernapas. Meski ruang kelas itu cukup luas, tapi entah mengapa rasanya begitu menyesakkan, seakan tidak ada oksigen yang bersemayam di sana.  Tatapan yang merendahkan. Mulut yang berbisik-bisik, terkekeh mengejek. Ia dibenci.  Banyak orang memang, tapi ada jarak antara dirinya dan mereka. Tidak ada lagi tempat baginya di ruangan yang luas ini. Di ruangan dimana tidak ada yang mau menerimamu, mana mungkin kan kau bertahan?  Bagai bunga Lilac yang gugur, gadis beriris mata violet itu tersungkur ke dalam jurang yang tidak ada ujungnya.  *** p.s. lagi-lagi cuma ide. gapapa kan ya, kalau aku jadiin blog ini sebagai tempat untuk mengumpulkan ideku? :D

Jangan tunggu ide. Tetap rutin latihan menulis, walau tanpa ide.

Image
Meski aku belum lama ini baru belajar menulis, tapi aku ingin membagikan sedikit kiat-kiat yang kugunakan selama menulis. Memang aku ini masih amatir, tapi tidak ada salahnya kan kalau aku mau berbagi? 1. Menulis itu ibarat naik sepeda/berenang. Ingin belajar bersepeda, tapi yang kau lakukan hanya membaca buku panduan tanpa mempraktekannya. Kira-kira dengan begitu, apakah kau bisa lancar menggunakan sepeda? Ingin belajar berenang, tapi tidak mau menyelam ke dalam air, dengan begitu, apakah kau akan bisa berenang?  Dari kedua pertanyaan yang kuberikan itu, jawabannya tidak. Tanpa menggunakan buku panduan pun, kamu akan bisa bersepeda jika langsung mencoba mengendarainya. Begitu pula dengan menulis. Tidak perlu buku panduan. Yang harus kau lakukan hanya menulis, menulis, dan menulis. Maka, lama kelamaan kau akan terbiasa melakukannya. Intinya, just do it ! 2. Jangan tunggu ide. Tetap rutin latihan menulis, walau tanpa ide. Inti dari kiat kedua ini sebenarnya sama dengan kiat yan...
Di kehidupan selanjutnya, mari bertemu kembali. Waktu itu, aku menertawakanmu. Konyol. Begitu balasku. Meski begitu kau hanya tersenyum. Lembut seperti biasa.  Dan kini, sambil menatap panorama yang penuh estetika, di bawah cakrawala yang terbentang begitu luas, aku selalu mengingat kata-katamu, dan bertanya-tanya. Akankah kau mengingat janjimu?  *** Angin lembut mempermainkan rambut panjangku. Aku bertelanjang kaki, membiarkan kakiku menapak pada rumput yang basah. Sambil menghirup aroma hujan dalam-dalam, aku tersenyum. Tidak merekah. Tipis dan hampa. Kalau kubilang, aku merindukanmu, akankah kau percaya? Awan kelabu kini telah digantikan dengan cerahnya matahari yang menerpa wajahku dengan sinarnya yang hangat. Di dunia tanpa suara denting pedang yang saling beradu, atau suara pistol yang ditembakkan, aku bisa menghirup udara dengan bebas. Rasanya seperti mimpi.  Bukannya ini dunia yang selama ini kau impikan? Kuharap, di suatu tempat, kau menikmati waktumu, menatap la...